
Ranu. Demikian orang memanggil saya. Saya anak ketiga dari tiga
bersaudara. Ketika saya berumur 5 tahun, ayah saya meninggal dunia karena
penyakit yang dideritanya. Sejak itulah
saya hidup dengan ibu dan kakak saya yang umurnya terpaut jauh dengan saya.
Meskipun hanya bekerja sebagai buruh tani, tapi ibu saya terus bekerja keras
demi menyekolahkan saya sampai akhirnya
saya bisa lulus dari SD dan SMP.
Ketika saya mau melanjutkan sekolah ke SMA, saya sempat merasa
kebingungan karena pada waktu itu biaya untuk masuk SMA Negeri di tempat saya
mencapai 2 juta rupiah. Untuk mencapai uang tersebut tidaklah semudah
membalikan telapak tangan, apalagi hanya mengandalkan penghasilan ibu yang
hanya buruh serabutan dan penghasilan yang tidak tetap. Akhirnya pada waktu itu
saya memutuskan untuk bekerja menajdi pelayan di sebuah rumah makan. Baru saja
seminggu bekerja, saya mendapat sms dari guru bahasa Inggris di sekolah yang
isinya tawaran mendapatkan beasiswa dari pemerintah Jawa Barat dengan
diasramakan dan disekolahkan di SMAN 1 Cisarua-Kab. Bandung Barat. Akhirnya
saya mencobanya. Berbagai seleksi saya lewati, mulai dari seleksi administrasi,
akademik, psikotes, kesehatan sampai ke tes pisik. Sungguh penyaringan yang
begitu ketat. Setelah melewati berbagai tahap, akhirnya saya dinyatakan lulus
dan diberi kesempatan untuk bersekolah dengan beasiswa biaya sekolah, keperluan
hidup sehari-hari, uang saku, semuanya ditanggung seratus persen oleh Yayasan
Darmaloka yang berada di bawah naungan Pemerintah Provinsi Jawa Barat.
Setelah Lulus dari SMA, keinginan masuk perguruan tinggi pun mulai
menggebu dalam hati saya. Latar belakang ekonomi yang pas-pasan membuat saya
berpikir ulang dan berusaha untuk terus dapat mengenyam pendidikan di perguruan
tinggi tanpa membebani ibu.
Apa yang bisa dilakukan ketika keterbatasan seakan menjelma menjadi
tembok besar dan ketakutan adalah anak panah berapi yang terus dilontarkan
kepada kita sehingga kita tidak berani maju dan memilih untuk mundur? Memang
hidup dalam keterbatasan sandang, pangan maupun papan itu memang tidak mudah. Saya
hanya bisa menerima kenyataan bahwa jalan tidak lagi mulus, lapangan pertempuran
saya jelek dan amunisi yang saya punya pun tidak lengkap. Tapi menerima
“gigitan” itu berguna untuk membuat kita mampu menyusun strategi baru.
Menghindari atau lari darinya justru membuat kita terlena mengasihi diri kita
terus-menerus dan menenggelamkan kemampuan kita untuk dapat melawan balik.
Setelah itu saya pun mulai mencari peluang masuk perguruan tinggi
yang saya minati. Pada waktu itu saya mencoba daftar ke UPI lewat jalur PMDK
dengan pilihan Jurusan Pendidikan Bahasa Daerah. Berkat doa ibu akhirnya saya
dinyatakan lulus seleksi PMDK. Setelah dinyatakan lulus PMDK, masalah lain pun
datang menghinggapi. Saya tidak bisa membayar uang registrasi sebesar enam juta
rupiah, sehingga saya menjadi bagian satu dari sekian banyak yang penangguhan.
Pucuk di cinta ulam pun tiba. Pada waktu itu ada berita tentang
beasiswa bidik misi yang konon katanya beasiswa penuh selama S1. Saya pun
mencobanya, hingga sampai akhirnya saya pun lolos seleksi dan mendapatkan
beasiswa bidik misi tersebut. Bisa kuliah dengan biaya ditanggung pemerintah
menjadi sebuah anugrah dan beban bagi saya. Saya yakin bahwasannya uang yang
digunakan sebagai biaya pendidikan saya adalah uang yang berasal dari jutaan
warga bangsa ini yang harus saya pertanggung jawabkan.
Sesuai dengan ungkapan manusa hirup ku akalna, maka saya
mencoba mengubah beban dan tanggung jawab tadi menjadi sebuah cambuk untuk
menjadi seorang mahasiswa yang aktif dan berkarya. Selama kuliah saya
berkecimpung dalam berbagai kegiatan baik itu di dalam kampus maupun di luar
kampus. Tiga tahun saya menjadi pengurus BEM Hima Pensatrada termasuk satu
tahun menjabat sebagai sekretaris umum. Dua tahun menjadi wakil ketua forum
komunikasi BEM se-FPBS. Bekal keorganisasian tersebut menjadikan saya berani
untuk menjadi ketua atau Event Organizer (EO) diberbagai kegiatan yang
cakupannya se-Jawa Barat, di antaranya Riksa Budaya Sunda 2013, Gebyar Aksara
2013 sebagai Program Tahunan Disparbud Prov. Jawa Barat, Musyawarah Guru Bahasa
Daerah se-Jawa Barat yang merupakan Program Insidental Dinas Pendidikan Prov.
Jawa Barat serta sebagai koordinator aksi penolakan kurikulum 2013.
Selama kuliah saya pun mencoba mengikuti berbagai pasanggiri dan
hasilnya tidak terlalu mengecewakan. Juara 1 Pidato Bahasa Indonesia tk Bandung
Raya; Juara 1 Pidato Basa Sunda tk Bandung Barat; Juara 2 Debat Basa Sunda tk
Jawa Barat; dan Juara harapan 1 Pidato Basa Sunda tk Parahyangan Timur pernah
saya raih. Selain itu juga saya mencoba untuk menuliskan ide saya dalam
beberapa tulisan ilmiah, di antaranya “Kaus sebagai Media Potensial
Penyebarluasan Babasan dan Paribasa Aksara Sunda. Dibuat tahun 2012”; “Burayot
Aneka Rasa: Upaya Pelestarian Makanan Tradisional berbasis Kesehatan. Dibuat
tahun 2013”; “Mini Buku “Parigel Basa”: Tuntunan Undak-Usuk Basa dan Aksara Sunda.
Dibuat tahun 2011”; dan “Jurnal Media Strip Story dalam Pembelajaran Aksara
Sunda. Dibuat tahun 2014”.
Setelah 3 tahun 6 bulan akhirnya saya pun dinyatakan lulus sebagai
seorang sarjana pendidikan dengan IPK 3,83/Cum laude. Program beasiswa bidik
misi telah merubah bocah ingusan menjadi seorang wisudawan (sarjana), Sungguh
kebahagiaan yang tak ternilai harganya. Inilah bukti nyata kepeduliaan
pemerintah terhadap anak-anak bangsa yang hampir saja kehilangan masa depannya.
Terima kasih pemerintah, semoga bisa terus berjuang untuk rakyat, untuk anak
bangsa yang masih banyak dijajah dengan kebodohan ilmu pengetahuan.
Akhir kata, saya berpesan kepada rekan-rekan jangan pernah lelah
untuk terus mengejar mimpi. Mimpi tidak akan pernah mati. Manusia bisa dibungkam,
dilumpuhkan, bahkan dibunuh, tapi mimpi tetap akan hidup. Ketika keterbatasan
dan ketakutan melanda, mimpi kita mungkin pecah, runtuh, dan berserakan, tapi
tidak akan hilang. Dengan usaha keras kita bisa menyusunnya kembali dan ketika
mimpi telah kembali utuh, maka ia akan hidup, menyala, dan memberikan cahaya
terhadap pilihan jalan yang akan kita tempuh untuk mewujudkannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar